Pengembangan kompetensi guru peserta PPG tidak cukup hanya dengan empat ranah saja (pedagogi, profesional, sosial, dan kepribadian). Perlu adanya “suplemen” tambahan bagi guru-guru tersebut agar menjadi guru yang utuh dan tangguh. Maka pada hari Selasa, 12 Maret 2019, Panitia Lokal PPG Universitas Muhammadiyah Surakarta mengadakan kuliah umum bertajuk “Pengembangan Softskill dan Wawasan Kebangsaan” bagi mahasiswa PPG Daljab UMS tahun 2019.
Kuliah umum ini bertempat di Auditorium Moh. Djazman UMS dengan dihadiri peserta PPG sejumlah 249 yang terdiri atas 117 mahasiswa PPG PGSD, 82 mahasiswa PPG Bahasa Inggris, 26 mahasiswa PPG PG-PAUD, dan 24 mahasiswa PPG Matematika.
Sebagai pembuka dan stimulus mahasiswa, Prof. Harun Joko Prayitno menyampaikan pentingnya peran guru bagi kemajuan pendidikan di Indonesia. Beliau memantik semangat guru-guru peserta PPG agar lebih bersungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan-kegiatan PPG, sehingga ketika lulus dari PPG tidak hanya menyandang sertifikat, namun juga kompetensi guru yang sesungguhnya.
Melanjutkan materi dari Prof. Harun, pembicara kedua adalah Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Dr. Sofyan Anif, M.Si. Beliau menyampaikan materi terkait pemahaman dan pelaksanaan keempat kompetensi guru. Pada akhir materi, beliau meyampaikan bahwa guru yang baik adalah guru yang selalu dirindukan siswanya.
Materi selanjutya adalah penguatan karakter dan wawasan kebangsaan. Pembicara pada sesi ini adalah Komandan Rayon Militer (Danramil) Gatak Sukoharjo, Kapten Samingun. Guru sebagai pendidik di sekolah memiliki peran vital dalam menumbuhkan wawasan kebangsaan dan bela negara siswanya. Kesimpulan yang disampaikan beliau adalah bahwa para guru dan siswa masih harus berjuang membela bangsa dan negara, namun tidak melalui senjata dan perang.
Materi terakhir kuliah umum ini disampaikan oleh Prof. Sutama. Pada kesempataan ini beliau menyampaikan urgensi pendidikan dan keterampilan abad 21. Guru tidak hanya dituntut menguasai keilmuan terkait pendidikan dan pengajaran. Saat ini, guru dipaksa untuk bisa menguasai teknologi yang selalu berkembang, dan juga menanamkan keterampilan abad 21 yang biasa disebut dengan 4C.